Ini adalah penggalan kisah nyata mengenai sedekah yang saya alami.
Kisah ini terjadi pada tahun 2010 saat media maraknya memberitakan
letusan Merapi. Saat itu aku berstatus sebagai mahasiswa dan sedang
mengerjakan skripsiku. Beberapa pekan sebelumnya aku mengirimkan
penelitianku ke Tokyo Tech Indonesia Commitment Award untuk memperoleh
hibah penelitian. Ketika kami baru saja pulang dari mesjid di dekat
kosan selepas shalat magrib, teleponku berdering. Orang di ujung telepon
mengonfirmasi kebenaran jati diriku dan menyatakan bahwa aku adalah
salah satu mahasiswa yang memenangkan hibah tersebut, nilainya 10000
yen. Sujud syukur langsung aku lakukan. Akhirnya aku menang dan uang itu
bisa dipakai untuk membayar utang dulu hehe.
Keesokan harinya adalah jari Jumat. Aku menunaikan shalat Jumat di Al
Hurriyyah yang saat itu sedang menggalang dana bantuan untuk Merapi.
Mereka meletakkan kardus-kardus sebagai kotak sumbangan di lantai bawah.
Aku berniat untuk sedekah saat itu dan kebetulan aku baru mengambil
uang di Bank. Uang di dalam kardus itu variatif nominalnya mulai dari
recehan hingga yang bernominal besar. Pikiranku saat itu adalah aku
harus bersyukur dengan bersedekah kepada korban merapi. Namun, ada
keraguan yang masuk ke dalam hati. Aku takut uang sedekahku diambil
orang karena nominalnya cukup besar dan kardus itu terbuka tanpa ada
yang menjaga. Aku lawan keraguanku dan aku masukkan sedekahku ke dalam
kardus. Aku langsung berlalu dan sesekali melihat ke arah kardus. Benar
saja beberapa orang yang melintas melihat-lihat ke dalam kardus setelah
itu. “Udah gak usah ambil pusing” aku berkata dalam hati.
Selesai shalat Jumat aku pergi ke kantin SAPTA untuk menemui Ratih,
adik kelas dan staf di BEM F, yang pagi harinya meneleponku dan minta
bertemu. Di saat yang sama aku juga membuat janji dengan Farid, adik
kelasku yang lain. Aku ingin membicarakan utang BEM kepada Farid sebesar
1.5 juta rupiah. Aku sudah mengambil 500 ribu dari rekeningku hari itu
untuk diberikan kepadanya. Saat menunggu itu tiba-tiba Muthi, teman
sekelasku datang. Kami bicara ngalor ngidul dengannya. Oh iya, FYI, BEM F
hari itu juga punya utang ke Muthi sebesar 1 juta rupiah. Aku berpikir
lebih prioritas membayar utang ke Farid walau baru 500 ribu daripada ke
Muthi karena Farid bukan pengurus BEM yang menurutku tidak harus
berkorban sejauh dan selama itu. Selain kepada dua orang itu BEM juga
punya utang kepada beberapa orang lain, salah satunya diriku sendiri
hehe.
Tak lama kemudian Ratih datang bersama Farid sebuah kebetulah yang
luar biasa yang baru kusadari kemudian karena pertemuan Aku, Farid,
Muthi, dan Ratih memiliki kepentingan yang sama. Setelah berbasa-basi,
aku tanya kepada Ratih apa tujuannya ingin menemuiku. Ia lugas menjawab
akan membayar hutang BEM yang dipinjam dari rekeningku sebesar 1 juta
rupiah dan nominal yang sama untuk Muthi. Aku terkejut mendengarnya
karena sebenarnya aku juga ingin membayar utang kepada Farid sebesar 500
ribu rupiah. Kemudian transaksi terjadi. Uang satu juta aku terima dan
hutang BEM kepadaku lunas. Satu juta tadi aku tambahkan 500 ribu dari
sakuku dan aku berikan kepada Farid sehingga hutang BEM kepada Farid
lunas. Lalu Ratih membayarkan utang BEM sebesar 1 juta rupiah kepada
Muthi. Lunaslah hutang BEM saat itu sebesar 2,5 juta rupiah. “Tih lo
masih ada duit lagi ya?” tanyaku kepada Ratih. “Iya Kak. Ini mau bayar
utang ke Kak Ajias juga” jawabnya sambil celingukan mencari Ajias.
Sejurus kemudian aku baru tersadar dan benar-benar membuktikan
keajaiban sedekah itu. Dalam waktu kurun waktu 1 jam saja setelah aku
bersedekah Allah membuktikan kebesarannya dengan melunasi urusan utang
BEM sebesar 2,5 juta rupiah. Kata Uzt Yusuf Mansyur begini ,”Kita gak
percaya sih sama Allah, makanya sedekah cuma sedikit. Kalo sedekahnya
sedikit berlipat gandanya juga sedikit makanya gak terasa. Tapi coba deh
sedekahnya yang banyak, pasti terasa banget berlipat gandanya.”
PROOFED!!!! Terbukti sudah keajaiban sedekah saat itu.
Aku berjalan ke arah rektorat melalui LSI saat masih memikirkan hal
itu. Aku menatap ke tiap langkah yang aku tapaki dan ajaibnya aku
menemukan uang 20ribu rupiah di tangga LSI. Ini memang keajaiban
sedekah. Aku masukkan uang itu ke dalam saku.
sumber:
pradananusantara.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar